DjoeRinjani Indosat 085647 55 2287 WA
Djoko Sulistyo CONTACT PERSON : Indosat 085647 55 2287 / PIN BB : 2252BEF7

djoe

djoe
indahnya di puncak merapi

Gunung argopuro

cikasur Argopuro

bunker kaliadem

gunung merapi

gunung lawu

PosIV CemoroKandang

gunung semeru

danau ranukumbolo

Gunung lawu

posIV cemoro sewu

Rabu, 02 Juli 2025

Srambang Park, antara kabut, Air Terjun dan Pinus Menyatu dalam Ketenteraman

 

Jika Anda mendambakan pelarian dari bisingnya kota dan rindu akan pelukan alam yang teduh, maka Srambang Park di lereng barat Gunung Lawu, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, bisa jadi jawaban sempurna.

Tersembunyi di antara hutan pinus dan kabut tipis yang turun perlahan, taman wisata ini menawarkan kesejukan, keindahan, dan sentuhan mistis yang jarang ditemukan di tempat lain.

Berjarak sekitar 70 kilometer atau ±1,5 jam perjalanan dari Kota Solo, Srambang Park hadir sebagai destinasi wisata alam yang kini kian viral, namun tetap menjaga ketenangan khas pegunungan.
 

 

Udara segar, aliran air terjun, dan deretan pohon pinus menjulang tinggi membentuk suasana syahdu yang menenangkan hati.

Legenda Srambang: Jejak Semedi dan Doa Leluhur

Nama "Srambang" diyakini berasal dari kata Jawa “sambang” yang berarti “berkunjung”. Dahulu, area ini sering disambangi oleh warga untuk mencari ketenangan, bermeditasi, atau bersemedi.

Legenda lokal menyebutkan bahwa di sinilah orang-orang dulu “bertemu diri sendiri” melalui sunyi dan alam. Kawasan ini kemudian mengalami transformasi alami akibat banjir bandang pada akhir 1990-an, yang melahirkan sungai dan air terjun yang kini menjadi ikon Srambang Park.

Tempat ini resmi dibuka untuk umum sebagai objek wisata pada tahun 2017.

Lokasi dan Akses Menuju Srambang Park

Srambang Park berlokasi di Desa Girimulyo, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Akses menuju lokasi cukup mudah dengan kendaraan pribadi. Dari Solo, rute yang biasa ditempuh adalah:

Setibanya di area parkir, pengunjung harus berjalan kaki sejauh ±800 meter untuk mencapai air terjun, atau bisa memilih naik ojek lokal dengan tarif terjangkau sekitar Rp5.000.

Daya Tarik: Alam, Mitos, dan Spot Foto Instagramable

Air Terjun Srambang menjadi magnet utama. Airnya jernih, dingin, dan mengalir deras dari tebing setinggi 40 meter. Banyak pengunjung percaya, membasuh wajah di sini bisa memberi efek awet muda.

Di sepanjang perjalanan menuju air terjun, Anda akan melewati jalan setapak di tengah hutan pinus. Pepohonan tinggi nan rimbun mengapit jalur yang tertata rapi dengan jembatan kayu dan taman bunga berwarna-warni.

Banyak pengunjung memanfaatkan area ini untuk bersantai, berfoto, atau bahkan meditasi ringan.

Srambang Park juga dilengkapi kolam renang alami, area piknik keluarga, dan spot-spot swafoto kekinian seperti rumah pohon, panggung bambu, taman cinta, serta instalasi patung legenda lokal.

Suasana alami yang terjaga membuat setiap sudut Srambang Park layak masuk galeri Instagram.

Untuk kenyamanan pengunjung, pihak pengelola menyediakan gazebo, toilet bersih, musholla, warung makan, arena outbound, hingga camping ground. Area bersih dan tertata rapi menjadi nilai tambah yang membuat wisatawan betah berlama-lama.

·         Tiket Masuk: Rp20.000/orang

·         Parkir: Rp3.000 (motor), Rp5.000 (mobil)

·         Jam Operasional: 08.00 – 17.00 WIB

Tips Berkunjung 

·         Datang pagi hari untuk menikmati suasana hening dan pencahayaan terbaik.

·         Gunakan alas kaki yang nyaman karena area cukup luas dan sebagian menanjak.

·         Siapkan jas hujan atau payung karena cuaca di lereng Lawu kerap berubah mendadak.

·         Ajak serta keluarga atau sahabat untuk berbagi momen tenang yang sulit didapat di kota.

·         Jangan sungkan berbincang dengan warga lokal, sebab kisah mereka menyimpan banyak kearifan tentang tempat ini.

Bukan Sekadar Wisata, Tapi Ruang Bertemu Diri

Srambang Park bukan hanya tentang air terjun atau spot foto. Ia adalah tempat di mana alam dan cerita bersatu dalam harmoni. Sebuah ruang di mana kita bisa bernapas lebih lega, berjalan lebih pelan, dan mendengar lebih jernih—bukan hanya suara alam, tetapi juga suara hati kita sendiri.

Jika Anda tengah mencari tempat untuk menyegarkan pikiran dan menenangkan batin, Srambang Park adalah panggilan yang tak boleh diabaikan. 

 

 

Mongkrang: Di Antara Kabut, Tanah, dan Rasa Syukur yang Membuncah

 


Karanganyar – Gunung Mongkrang, salah satu destinasi pendakian favorit di kawasan Karanganyar, kembali menjadi saksi bisu perjalanan kecil penuh makna. Kamis, 23 Mei 2023, tujuh orang dari latar belakang berbeda menapaki jalurnya. Bukan untuk menaklukkan ketinggian, tetapi untuk menyatu dengan alam—dan satu sama lain.

Pendakian ini diikuti oleh saya, istri saya Mei Purwa, serta anak pertama kami Javier  Turut serta juga rekan kerja istri saya, yaitu Mbak Ratna, Anis, seorang keponakan, dan Nia. Kami menyebutnya pendakian tipis-tipis—pendakian ringan yang penuh canda, peluh, dan pemandangan yang menyentuh hati.

Pagi yang Tenang, Titik Kumpul di Pom Dagen

Perjalanan dimulai pukul 06.20 WIB dari rumah. Sesuai kesepakatan, kami bertemu di Pom Dagen, sebuah titik kumpul yang akrab bagi para pendaki lokal. Saya tiba sekitar pukul 07.00, dan setelah semua berkumpul, kami langsung meluncur menuju basecamp Gunung Mongkrang.

Sebelum itu, kami sempat singgah di salah satu toko retail di Karanganyar untuk membeli air dan makanan ringan—bekal penting untuk pendakian singkat yang tetap menantang.

Basecamp, Sayuran, dan Pintu Masuk yang Bersahaja

Tiba di basecamp pukul 09.00 WIB, kami disambut suasana sejuk khas pegunungan. Setelah membayar parkir sebesar Rp5.000, kami memarkirkan kendaraan dan memulai langkah kaki menuju pintu masuk jalur pendakian.

Sepanjang jalan, kami melewati kebun stroberi yang mulai ranum, serta hamparan hijau dari pokcay, kapri, dan aneka sayuran lainnya. Alam seakan menyambut kami dengan kesuburan dan ketenangan—sesuatu yang sulit ditemukan di kehidupan sehari-hari yang penuh rutinitas.

Sekitar sepuluh menit berjalan, kami tiba di loket pembayaran. Setelah membayar retribusi dan berfoto bersama di depan gerbang, pendakian pun resmi dimulai.



Menyusuri Jalur: Tanjakan, Turunan, dan Tanjakan Lagi

Jalur yang kami lewati menyisir pinggir hutan dengan trek tanah merah yang dominan menanjak. Beberapa bagian cukup mudah, namun menjelang Puncak Candi 1, kontur jalur mulai berubah. Jalanan menurun sedikit, memberi jeda bagi otot-otot kaki yang mulai bekerja keras.

Namun sebelum mencapai puncak utama Mongkrang, kami harus menghadapi tanjakan ekstrem—sebuah tantangan nyata, terutama bagi kami yang bukan pendaki profesional. Di titik ini, bukan sekadar kekuatan fisik yang dibutuhkan, tapi juga semangat kolektif dan dorongan satu sama lain.

Puncak Mongkrang: Pemandangan Luas, Rasa Syukur yang Dalam

Setelah sekitar tiga jam perjalanan (termasuk istirahat 45 menit), kami tiba di puncak pada pukul 12.45 WIB. Di hadapan kami, hamparan awan, gunung-gunung sekitar, dan birunya langit seolah memberikan hadiah atas setiap langkah yang telah kami tempuh.

Bagi saya pribadi, puncak Mongkrang bukan hanya titik tertinggi dari pendakian hari itu. Ia menjadi simbol kebersamaan, perjuangan, dan kedekatan dengan alam. Melihat anak saya tersenyum lelah tapi bahagia, dan istri saya yang memandang ke arah cakrawala dengan mata berbinar, saya tahu: perjalanan ini akan kami kenang lama.


Tips Pendakian ke Gunung Mongkrang untuk Keluarga dan Pemula:

·         Datang pagi hari untuk menghindari terik dan kabut tebal.

·         Bawa bekal secukupnya, air minum, dan camilan bergizi.

·         Gunakan sepatu grip baik, karena jalur tanah cukup licin saat lembab.

·         Siapkan mental untuk tanjakan akhir menjelang puncak.

·         Jangan lupa berfoto di titik ikonik seperti Puncak Candi 1 dan puncak utama.


Gunung Mongkrang mungkin tidak setinggi Lawu, tapi ia menyimpan cerita—tentang keluarga, sahabat, dan keindahan yang tak akan habis untuk dijelajahi