Karanganyar – Gunung Mongkrang, salah satu destinasi pendakian favorit di kawasan Karanganyar, kembali menjadi saksi bisu perjalanan kecil penuh makna. Kamis, 23 Mei 2023, tujuh orang dari latar belakang berbeda menapaki jalurnya. Bukan untuk menaklukkan ketinggian, tetapi untuk menyatu dengan alam—dan satu sama lain.
Pendakian ini diikuti oleh saya, istri saya Mei Purwa, serta anak pertama kami Javier Turut serta juga rekan kerja istri saya, yaitu
Mbak Ratna, Anis, seorang
keponakan, dan Nia. Kami
menyebutnya pendakian tipis-tipis—pendakian
ringan yang penuh canda, peluh, dan pemandangan yang menyentuh hati.
Pagi yang
Tenang, Titik Kumpul di Pom Dagen
Perjalanan dimulai pukul 06.20 WIB dari rumah.
Sesuai kesepakatan, kami bertemu di Pom
Dagen, sebuah titik kumpul yang akrab bagi para pendaki lokal. Saya
tiba sekitar pukul 07.00, dan setelah semua berkumpul, kami langsung meluncur
menuju basecamp Gunung Mongkrang.
Sebelum itu, kami sempat singgah di salah satu
toko retail di Karanganyar untuk membeli air dan makanan ringan—bekal penting
untuk pendakian singkat yang tetap menantang.
Basecamp,
Sayuran, dan Pintu Masuk yang Bersahaja
Tiba di basecamp pukul 09.00 WIB, kami
disambut suasana sejuk khas pegunungan. Setelah membayar parkir sebesar Rp5.000,
kami memarkirkan kendaraan dan memulai langkah kaki menuju pintu masuk jalur
pendakian.
Sepanjang jalan, kami melewati kebun stroberi yang mulai ranum, serta
hamparan hijau dari pokcay, kapri,
dan aneka sayuran lainnya. Alam seakan menyambut kami dengan kesuburan dan
ketenangan—sesuatu yang sulit ditemukan di kehidupan sehari-hari yang penuh
rutinitas.
Sekitar sepuluh menit berjalan, kami tiba di
loket pembayaran. Setelah membayar retribusi dan berfoto bersama di depan
gerbang, pendakian pun resmi dimulai.
Menyusuri
Jalur: Tanjakan, Turunan, dan Tanjakan Lagi
Jalur yang kami lewati menyisir pinggir hutan
dengan trek tanah merah yang
dominan menanjak. Beberapa bagian cukup mudah, namun menjelang Puncak Candi 1, kontur jalur mulai
berubah. Jalanan menurun sedikit, memberi jeda bagi otot-otot kaki yang mulai
bekerja keras.
Namun sebelum mencapai puncak utama Mongkrang,
kami harus menghadapi tanjakan ekstrem—sebuah
tantangan nyata, terutama bagi kami yang bukan pendaki profesional. Di titik
ini, bukan sekadar kekuatan fisik yang dibutuhkan, tapi juga semangat kolektif
dan dorongan satu sama lain.
Puncak
Mongkrang: Pemandangan Luas, Rasa Syukur yang Dalam
Setelah sekitar tiga jam perjalanan (termasuk
istirahat 45 menit), kami tiba di puncak pada pukul 12.45 WIB. Di hadapan kami,
hamparan awan, gunung-gunung sekitar, dan
birunya langit seolah memberikan hadiah atas setiap langkah yang telah
kami tempuh.
Bagi saya pribadi, puncak Mongkrang bukan hanya titik tertinggi dari pendakian hari itu. Ia menjadi simbol kebersamaan, perjuangan, dan kedekatan dengan alam. Melihat anak saya tersenyum lelah tapi bahagia, dan istri saya yang memandang ke arah cakrawala dengan mata berbinar, saya tahu: perjalanan ini akan kami kenang lama.
Tips
Pendakian ke Gunung Mongkrang untuk Keluarga dan Pemula:
·
Datang
pagi hari untuk menghindari terik dan kabut tebal.
·
Bawa bekal
secukupnya, air minum, dan camilan bergizi.
·
Gunakan
sepatu grip baik, karena jalur tanah cukup licin saat lembab.
·
Siapkan
mental untuk tanjakan akhir menjelang puncak.
· Jangan lupa berfoto di titik ikonik seperti Puncak Candi 1 dan puncak utama.
0 komentar:
Posting Komentar