GUNUNG ARJUNO PASURUAN 2002
suatu hari di bulan
juni 2003, saya bersama 3 orang sahabat saya, deden ,snack dan dony berencana
akan melakukan pendakian ke gunung arjuno di malang. Kami berangkat dari
stasiun jebres solo turun di kertosono, lanjut naik bus 3/4 jurusan Arjosari
malang,dari arjosari lanjut naik angkot jurusan kebun teh.Di dalam angkot menuju
kebun teh itu,kami sempat bertanya ke penumpang cewek yg duduk disebelah saya
dan masih pake seragam sekolah. " mbak kalo mau ke gunung arjuno turun
dimana ya nanti", tanya saya.
"oooo.. mas mas ini mau ke gunung arjuno to", jawab cewek yg pke
seragam sekolah itu dgn jawaban setengah tak percaya dan sesekali bercanda
dengan teman di sebelahnya seperti menyimpan suatu rahasia.
" iya, emang nya kenapa kok kyaknya aneh gitu ngeliat kita
mo naik ke arjuno".dengan muka yg tersipu 2 gadis itu akhirnya bersedia
menjelaskan " bukanya meremehkan tapi kaliyan kok berani2 nya naik ke
arjuno, disana itu ada tempat yang namanya hutan 'lali jiwo' menurut mitos
disini, di Hutan Lali jiwo banyak terdapat manusia yang mencari ilmu dgn
bertapa disitu. Tapi tidak bisa dilihat dgn kasat mata alias mereka terjebak
masuk ke alam lain ,namun sebenarnya mereka masih berada disitu".
" jika kaliyan punya penglihatan indra ke 6 kaliyan bisa liat kok "
papar gadis itu kali ini dgn air muka serius.
" owww, gitu ya ..., tapi kok kamu bisa tau banget sich soal itu
semua ? ", tanya saya sambil menatap serius ke gadis itu.
ternyata mereka berdua adalah anggota pecinta alam dan sekaligus tergabung
sebagai tim sar dari gunung arjuno itu sendiri.
" nanti kaliyan mampir ke tempat saya dulu,gimana? nanti dari rumah kami
antar ke basecamp",ajak gadis itu .
" ok dech, tapi apa nggak ngrepotin nanti ?"
" ggak kok keluarga saya keluarga pendaki , kakak saya juga pendaki, jadi
kami malah senang kalo kaliyan mau mampir, jadi tambah banyak temen ",
jawab gadis itu dengan tatapan mata yang ramah.
"ohh ya,namaku farida panggil saja ida" , kalo kaliyan ?"
Namaku Tiyo, sebelahku ini Deden,kalo yg depan kmu itu itu si doni dan sebelahnya adalah snack”, jawab
ku dengan mimic muka seperti cerdas cermat .
Tanpa
terasa angkutan pun telah sampai di kebun teh, kami berempat pun ikut turun
bersama Farida. Rumah Farida sebenarnya tidak begitu jauh dari basecamp arjuno,
kira- kira 15 sampai 20 menit juga nyampe. Tiba dirumah Ida kami
disambut hangat dari keluarga,mereka senang dapat kunjungan dari kami anak-
anak Solo. Laen waktu gantian mereka yang maen kesolo,walaupun baru saja
bertemu tapi kami sudah akrab,kayak sudah kenal lama. Selesai makan dan
packing perbekalan,kami diantar Farida ke base camp arjuno.hari menjelang senja,ketika kami sampai .setelah
mendaftar dan membayar uang retribusi , kami putuskan untuk langsung berangkat
naik.
farida pun mengantar kami sampai ke depan gerbang masuk.
"hati -hati ya kawan, jaga diri kaliyan baik2, nanti
kalo sudah turun mampir lagi ya ke rumah, aku tunggu lho".
" oke ... makasih ya da, dah bantu kami hingga
sampai di basecamp ini, besok kalo waktunya longgar ,kita usahakan
mampir..",jawab saya sambil menahan haru . Kami berjalan pelan- pelan menyusuri kebun
teh, lalu perlahan lahan hilang di rimbunya semak belukar yang tingginya hampir
2 meteran ada.
selepas semak belukar kami mulai memasuki vegetasi hutan yang sedikit
menanjak. disini banyak digunakan sebagai tempat untuk membuka tenda , karena
masih banyak ruang terbuka yg cukup untuk membuka tenda.
Kami istirahat sejenak
, menyalakan kompor gas dan memasak air untuk bikin kopi.
suasana disekitar cukup sepi,tak ada suara manusia ataupun binatang. kami
menikmati kopi saja tanpa berpikir apa2. yang ada di pikiran kami adalah jalan terus agar tidak terserang dingin , karena kami memang tidak bawa tenda pada
waktu itu.hanya semangad lah yang akan membawa kami menuju ke puncak, pada waktu
itu saya baru lulus Smk, dan ketiga teman saya masih duduk dikelas 3. pada
waktu itu tenda dome dan peralatan gunung lainya masih merupakan barang yang
mewah dan sulit terjangkau bagi kami yang masih berstatus pelajar. Paling kami cuma bisa menyisihkan uang jajan untuk biaya akomodasi perjalanan. Dan
bisa dipastikan sebagai budget yg mepet dan nekat untuk ukuran perjalanan
lintas propinsi. Mungkin itulah yang disebut darah muda, darahnya para remaja
yang sedang mencari identitas.
...
Trek semakin bertambah menanjak
setelah kami memasuki vegetasi hutan yang rapat.kami seperti berjalan di dalam
gua, karena pandangan kami hanya kedepan saja.
hari menjelang pagi, saat kamu tiba di suatu punggungan bukit .. pertanda
puncak sudah semakin dekat.
Kami beristirahat sejenak untuk mengisi perut. menu kebangsaan kami adalah mie
rebus ditemani kopi susu , sukses mendongkrak stamina kami untuk melanjutkan
perjalanan ke puncak arjuna, puncak terindah di jawa..
selesai mengisi perut kami langsung tancap gas ke puncak.
tepat tengah hari sampailah kami di puncak, kami takjub dengan segala keindahan
ya, dari puncak arjuna ini kita dapat melihat puncak2 gunung yg lain di
jawatimur. seperti puncak wilis ,semeru,kelud dan lain lain. Di puncak ini lah kali pertama saya menemukan kristal kristal
yang membeku akibat dinginya udara di puncak.
ganbate.. , di puncak arjuno ini terdiri dari tanah dan batuan pecah belah yang
bertumpukan,sehingga menambah view bagi kami yang ingin mengambil gambar
.
puncak gunung Arjuna 2002
Begitu indah puncak ini, dari sini tidak ada pohon
ataupun bukit yang menghalangi mata untuk melihat view dari segala macam sudut.
barat timur utara selatan semua tersaji view
yang memanjakan mata.Puas mengambil gambar kami segera
turun karena matahari mulai tergelincir ke sebelah barat.pertanda sore segera
menjelang dan kita tidak ingin kemalaman di hutan Lalijiwo.
perjalanan
turun sepertinya tak semulus perjalanan naik. energi yang sudah menurun tak
ayal membuat kaki tergadang ogah berkompromi dengan trek. hingga tak jarang
sesekali sayapun jatuh terpeleset karena medan yang licin dan terjal.
menjelang senja kita baru sampai di semak - semak yang
tinggi , dan hari semakin gelap. namun kaki ini mendadak susah untuk diajak
kompromi.
saat mau berangkat tiba2 kakiku susah digerakkan, padahal rombongan sudah agak
jauh didepan diikuti deden dan snack, Mereka turun duluan, menyisakan kami yang masih
dibekap cedera kaki.
Alhamdulillah masih ada doni yang
menemani saya di gelapnya malam itu.
Ditengah hutan yang
sepi dan gelap kita hanya berdua saja saat itu , Karena semua pendaki lain
sudah turun. Waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Akhirnya dengan
kaki yang masih cedera aku dan doni melanjutkan perjalanan turun. Persediaan
air dan makanan mulai menipis, namun kami belum juga melihat tanda- tanda
basecamp. Ternyata kami tersesat , dari tadi kami hanya muter- muter di kebun
teh. Sudah sejam kami mencari jalan keluar tapi tetap saja ujung-ujungnya
kembali ketempat semula. Akhirnya tenaga kami mulai habis, persedian makanan
dan minuman pun sudah tak ada lagi.
suasana menjelang malam sebelum kami terpisah dari rombongan
Mau nggak mau kami harus bermalam di
kebun teh. Tanpa tenda dan makanan. Tanpa lampu dan penerangan. saking lelahnya kami pun tak sempat untuk
berpikir yang macam – macam. Padahal waktu mau berangkat naik, di basecamp kita
diwanti- wanti tentang untuk berhati- hati saat berangkat maupun turun dari
gunung Arjuno. Karena menurut cerita banyak pendaki yang tersesat dan nggak
kembali dalam jiwa dan raga. Saat itu kami hanya pasrah dengan apa yang
terjadi, Karena sudah tidak ada yang bisa kami lakukan. Lebih baik beristirahat
dulu sambil menunggu pagi datang. Dan Alhamdulillah, malam itu tidak terjadi
apa- apa sampai pagi menjelang. Namun , ada kejadian aneh yang dirasakan Doni.
Katanya pohon besar dan tua segede gaban
yang ada disebelah kami , Mendadak berjalan dan bertukar tempat dengan dengan pohon
yang ada di sebelah doni.
Terlepas apakah itu
Cuma halusinasi atau memang benar adanya, kami tidak terlalu menggubrisnya.
Yang penting tujuan utama kami adalah bisa turun ke basecamp dan pulang ke solo
dengan selamat. Dan Akhirnya pagi pun datang. Seketika kami beranjak untuk
melanjutkan perjalanan turun. Di jalan kami bertemu dengan ibu- ibu pemetik teh
yang pagi-pagi sekali sudah berangkat .
Ibu- ibu itu pun menunjukkan arah jalan pulang, dan ternyata mereka mendapat
pesan dari petugas di basecamp kalo teman kami yang dua orang sudah pulang ke solo. Informasi itu ternyata
benar adanya, teman kami yang dua orang
sudah pulang duluan ke solo.
Padahal dompetku berada dalam carriel yang
dibawa temanku. Karena kemarin kita sempat tukeran tas waktu turun. Waktu itu
tahun 2001 handphone masih mahal, dan
kita berempat belum ada yang punya handphone. Penderitaan ternyata belum
berakhir, jiaahh , kayak di film- film aja. Setelah dihitung, uang yang ada di
dompet doni hanya sebatas buat bayar ojek ke stasiun dan sekedar makan sepincuk
pecel saja. Trus untuk pulang ke solo
bagaimana caranya ?. Akhirnya kami jadi penumpang gelap di kereta yang nggak
bertiket dan nggak punya uang sama sekali. Pokoknya kalo ada kereta yang tujuan
kea rah barat kami ikut naik diatasnya.
Nggak peduli ketika ketahuan nggak punya tiket mau diberi sanksi hukuman
apapun, atau mau diturunin dimanapun. Ternyata di dalam kereta itu, kami
bertemu dengan orang-orang yang nggak beli tiket dan melakukan beberapa cara
agar bisa gratis naik kereta. Ada banyak trik yang mereka gunakan, untuk
menghindari petugas saat ada pemeriksaan ticket. Mulai dari berjalan santai
melewati petugas ke gerbong sebelumnya, bersembunyi diatas gerbong atau pura-
pura buang air di kamar mandi.
Namun cara yang paling aman adalah
berjalan melewati petugas yang akan memeriksa ticket. Walaupun aman trik ini
adalah yang paling sulit dilakukan, hanya orang – orang yang lihai saja yang
bisa mengelabui petugas. Mereka tahu persis kapan bergerak dan pasang ekspresi
muka yang datar seolah – olah tidak terjadi apa – apa. Saran saya jangan pernah
bersembunyi ditoilet. Karena petugas akan menggedor – gedor pintu toilet dan
akan ditungguin sampai kamu keluar. Persis seperti yang aku alami. Karena masih
amatir, saat petugas datang aku panic dan masuk ke toilet. Ehh ternyata petugas
sudah mengendus trik yang satu ini. Digedorlah pintu sekeras mungkin , karena
berisik sekali aku terpaksa keluar. Didepan pintu sudah berdiri petugas dengan
muka galak, kumis tebal dan bawa pentungan seakan – akan siap menelanku mentah- mentah. Apalagi aku tidak
bisa menunjukkan ticket kereta.
Dibantai abis – abisan bener aku waktu
itu. Tak terhitung tamparan yang mendarat di pipi kiri dan kananku. Bukan Cuma
itu saja, aku diseret sampai ke gerbong
depan. Sehingga semua pasang mata tertuju kearahku waktu itu. Sampai di gerbong
depan aku diturunin di stasiun
berikutnya. Tak patah arang Aku naik
lagi kereta yang menuju kea rah barat, begitu seterusnya sampai aku berhasil
mendarat kan kedua kakiku dengan mulus di stasiun Purwosari kota solo. Tak terbayang betapa leganya hati kami bisa
tiba di kota solo dengan selamat. Terimakasih ya Alloh .